Feeds:
Posts
Comments

Archive for December, 2008

Ada satu hal yang menurut saya menarik untuk diamati si Philippine, yaitu harga kebutuhan bayi. Unutk harga Pamper, harga disini lebih mahal dibandingkan harga di Indonesia, tapi untuk harga susu formula harga disini lebih murah.

Sebelum pindah ke sini saya menggunakan susu formula merk Vitalag (satu pabrik dengan SGM, kalau tidak salah pabriknya di Yogya). Setelah pindah kesini Vitalag tidak ada sehingga saya memutuskan untuk menggantinya dengan product local yaitu Procal produksi dari Wyeth.

Sebenarnya Abott bukan produsen local, Wyeth merupakan perusahaan farmasi asal dari US, tapi Wyeth mempunyai pabrik di Philippine (sehingga saya anggap local). Kalau dibandingan dengan Vitalag harga Procal lebih murah.
Saat kembali ke Indonesia kemarin saya mencoba untuk membandingkan harga kedua susu tersebut sangat sajuh (Procal lebih mahal) setelah saya check ternyata Procal yang ada di Carefour ternyata impor dari Philippine.

Kesimpulan saya harga susu formula yang mahal itu beum tentu karena kualitasnya lebih baik, tapi lebih karena biaya impor tax yang tinggi.

Cintailah product Indonesia (tumben rasa nasionalisme saya muncul).

Ketika ramai-ramainya masalah melamine, sangat susah sekali mendapatan list susu formula yang bebas melamine disini. Tapi akhirnya da pengumuman resmi bahwa Procal bebas melamin karena tidak menggunakn susu dari China (padahal saya membatin kalau China dekat sekali dengan Philipine secara grografis

Read Full Post »

Pernah berpikir apa tidak kalau berkeluarga itu ternyata berat? Sangat berbeda dengan waktu berpacaran. Sewaktu kita berpcaran pada umumnya kita akan menutupi segala kejelekan kita. Akan tetapi jika sudah berkeluarga kita tidak akan mampu lagi menutupi kejelekan kita. satu demi satu kejelekan kita akan dilihat dan muncul. Kejelekan-kejelekan ini lambat (tapi pasti) akan menimbulkan benturan-benturan dengan pasangan kita.
Hal ini saya alamai sendiri. Kadang masalah di keluarga timbul bukan dari dalam tapi justru timbul dari luar, misal dari saudara kita baik orang tua, mertua, kakak, kakak ipar, adik, adik ipar, tetangga, dan lain-lain.
Hari ini saya ada satu ganjlan yang membat saya rasanya sudah untuk tidur. Masalah dengan bapak metua, sebenarnya masalahnya sepele.
Pada dasarnya saya kurang suka jika ada laki-laki yang datang ke rumah saya ketika saya tidak ada di rumah, siapa pun mereka, saya tidak suka. Nah kebetulan kemarin bapak mertua datang e rumah, padahal saya sudah ingin mengatkan ke istri bahwa sebaiknya bapak mertua datangnya setelah saya di rumah, tapi dengan alasan sudah kangen cucunya akhirnya bapak datang juga. Kebetulan pagi-pagi saya telepon ke rumah dan mendengar anak saya menangis. Setiap kali mendengar anak menangis saya merasa stress (saya selalu takut anak saya jatuh atau sakit). Saya tanya ke istri kenapa “si kaka'” menangis, kata istri saya, kaka’ takut sama kakeknya. saya bilang kalau takut jangan dikasih dulu karena anak saya setelah pulang dari Philippine jadi takut orang bahkan kejadian terkahir anak saya takutnya sampai “girap=girap” dalam istilah jawa. saya merasa jengkel kalau anak saya takut sampai menangis karena sebelumnya dia tidak pernah takut atau menangis. Karena kejadian itu saya tegur istri saya.
Mungkn cara menegur saya terlalu keras istri menjadi sakit hati, saya coba telpon lagi dan coba mengingatkan kalau ada yang datang dan kebetulan kena flu jangan boleh gendong karena saya kawatir kaka’ ktularan. Kalau ada diantara teman-teman yang mempunyai anak masih kecil dan terkena flu, anda bisa merasakan bagaimana kasihannya mereka. Hal ini tambah membuat istri saya sakit hati. Saya termasuk temperanmental sehingga say telpon lagi untuk mebicarakan hal tadi, ada satu bagian yang istri saya bilang “Apakah Bapak disuruh pulang aja” dan menurut saya waktu dia mengatkan itu kelihatanya bapak mertua mendengar, akhirnya pagi harinya bapak ngotot minta pulang.
Keadaan semakin memburuk. Sebenarnya saya orang yang tidak suka bertengkar dan mencari masalah. Keadaan in terbawa sampai ke kerja, jadi malas sekali, mau melakukan apa-apa selalu ingat dengan kejadian itu.
Merasa bersalah.

Read Full Post »

Sebelum pulang kerja, ada teman kantor yang mengajak makan malam bersama-sama dengan orang dari divisi IT. Pada awal rencana, waktu makan malam adalah 7.30pm tadi karena menunggu teman yang belum datang dan ada juga teman yang masih telpon dengan boss-nya akhirnya mundur sampai jam 8.30. Terus pada walanya sudah malas sekali untuk ikut, ingin segera pulang karena ngak enak perasaannya (dari tadi pagi Istri saya kok marah-marah terus). Selain itu dari pagi mata di sebelah kanan berkedu terus dan agak perih.

Karena alasan solidaritas, akhirnya iut juga makan malam. Sebelum berangkat makan malam notebook dan tas sudah disiapkan karena rencanya sehabis makan malam ingin langsung pulang. Selama makan malam tidak ada hal yang luar biasa, ngobrol seperti biasa.

Selesai makan malam langsung pulang ke rumah dengan berjalan kaki. Selama di perjalanan ada satu hal yang sangat menganggu pikirian saya. Sebelumnya saya mencoba untuk melamar kembali di perusahaan lama dan akhirnya diterima, tapi ada sayu hal yang sangay menganggu yaitu perusahaan saya lama ingin saya bergabung pada petengahan December, sedangkan di perusahaan saya sekarang saya harus one month notice, artinya saya bisa bergabung akhir December. Perusahaan saya yang lama tetap bersikeras untuk joint pertenaghan December, intinya ya apa tidak.

Beberapa hari terakhir ini, hl itu sangat menganggu saya. Hari ini saya ingin sampai rumah berdiskusi dengan istri mengenai hal ini. Apakah diterima apa tidak. Saya ingin mendaatkan pertimbangan dari istri karena ini berkaitan dengan masa depan saya, dia, dan anak saya.

Sampai di rumah istri sedang setrika, saya tanya si Kakak dimana kok ngak ada suaranya, dia biang kakak tidur. Saya bilang ayah ingin diskusi apakah dia lelah apakah ngak kalau diajak diskusi. Saya mulai cerita menegani permasalah apa yang saya alami saat ini. Sambil setrika dia bilang terserah.

Inilah kata-kata yang paling tidak saya sukai ‘terserah’, saya bilang apakah dia lelah, kalau lelah diskuinya nanti saja, tidak ada jawaban apapun. Akhirnya dia ke kamar karena anak saya bangun. Saya tunggu setengah jam, tidak keluar dari kamar juga, ternyata dia tidur.  Saya merasa kecewa, ketika saya membutuhkan teman diskusi dan menurut ternyata dia tidur dengan tidak ada kata satupun keculai “terserah”. Apakah kalau saya marah itu pantas jika mendapatkan perlakuan seperti itu? Apakah semua perempuan terutama istri seperti itu?

Saya mencoba untuk sabar, saya merasa permasalahan ini bukan cuma untuk saya, tetapi untuk saya, dia, dan anak kita dan karena sudah berkeluarga maka selayaknya harus didiskusikan bersama. Ternyata saya tidak cukup sabar, saya marah dan saya bangunkan istri saya, saya hanya bilang jangan salahkan laki-laki kalau mereka lebih terbuka kepada orang lain dibandingan dengan istri sendiri, jangan salahkan laki-laki kalau suatu saat mereka menyeleweng. Saya bilang itu karena keluarga saya mengalami hal itu, dahulu mungkin bapak saya juga mengalami hal yang sama yang saya alami saat ini.

Saya mencoba untuk melupakan hal itu denga menyalakan komputer dan mencoba untuk bekerja, tapi istri saya marah dan tidak berhenti.

Seperti api yang disiram minyak, akhirnya saya terpancing juga.

JJIN&^$*U)NHK)%&%&%)!”{+)+UM

selesai dengan tangisan.

Masih pusing dan jengkel….pusing……….Jengkel

Read Full Post »