Minggu kemarin tepatnya hari Jumat, saya dan keluarga pulang ke Purworejo. Tujuannya antara lain karena sudah beberapa kali lebaran saya dan keluarga tidak pulang ke Purworejo, sehingga ingin sowan orang-tua. Saya mencoba pulang ke Puworejo naik Lion Air tujuan Yogyakarta dan minta bantuan adik saya untuk menjemput di Yogyakarta. Kebetulan adik sedang di Wonosobo sehingga di harus berangkat pagi dari Wonosobo ke Yogya untuk menjemput (maaf karena banyak menyusahkan).
Ada beberapa pertimbangan kenapa naik pesawat daripada kereta, awalanya saya berencana naik kereta api, sekalian memperkenalkan kereta api ke Kaka’, tapi saya ingat kalau kereta api kadang (maaf) bau pesing, sedangkan anak saya sangat sensitif terhadap bau (langsung muntah).
Berangkat dari rumah pagi sekali sekitar jam 5.15AM ke Bandara, sampai di Bandara sekitar jam 6.15 dan langsung check-in. Sempat binggung karena ternyata kalau kita menggunkan Lion Air tempat check-in-nya campur, maksudnya kita bisa check-in di counter mana saja (saran saya unutk ke depannya, saran saya sebaiknya check-in counternya dipisah, biar orang yang binggungan seperti saya tidak stress dan ngak pede ketika check-in, walupun saya mengerti dengan menjadikan satu counter check-in untuk semua penenrbangan akan mempercepat process check-in, tapi sekali lagi…kalau orang binggungan seperti saya bagaimana?)
Selama process check-in lancar, terus saya mausk ke terminal A, saya ingin ajak istri sarapan di lounge (ternyata kalau masuk lounge yang di termnal A dengan kartu credit dari Bank XXX harus dipotong point), saya sempat tanya ke istri bagaimana mau sarapan apa tidak, dia bilang belum lapar. Akhirnya langsung aja ke Gate A3, kok yang “dhilalah” boarding pass saya hilang, terpaksa deh harus ke counter lagi untuk minta boarding pass lagi. Pads di counter dan kebetulan disana petugas counternya cewek, waktu saya bilang boarding pass hilang, dia sewot sekali, tanya hilang dimana, saya bilang hilang di lounge, dia bilang kalau di lounge tidak mungkn hilang (saya jadi binggung mau menjawab dan menjelaskan bagaimana, wong saya yang kehiangan kok dia ngeyel ngak mungkin hilang š¦ sedih campur binggung:-? dan ngakak :))
Tapi saya maklum sekali, namanya low cost carrierĀ pasti seperti ini, mungkin budget untuk mengedukasi pegawainya juga low cost juga, jadi mereka tidak bisa melayani customer mereka terutama customers yang sedang memerlukan bantuan. Karena dia tetap ngeyel, saya diam saja (orang bule bilang speechless, wis ra iso ngomong apa2 dan saya kurang begitu suka berdebat). akhirnya di mau kasih juga boarding pass saya. š ternyata dengan diam bisa juga yahh menyelesaikan masalah.
Masuk ke gate A3, lapor ke petugas. Ketuka lapor saya sempat tanya apakah pesawatnya sudah siap, petugas menjawab bahwa pesawat on-schedule. Saya baru sadar ketika 15 menit sebelum keberangkatan belum anak pengumuman ke penumpang untuk naik pesawat, tidak lama kemudian ada pengumuman bahwa pesata delay 60 menit, kemudia tambah lagi 30 menit (total 90 menit) dengan alasan operasional (kira-kira alasan operasional itu apa yah?).
Akhirnya saya tahu arti on-schedule itu telat 90 menit.
Selama menunggu Kaka’ mulai rewel karena ingin tidur. Kok yah aneh2 yah gaya penumpang yang saya temui selama di Bandara. Ada penumpang tepat di depan saya dengan gaya sangat cuek duduk sandaran (semi-semi tidur) dengan kaki ngangkang (walaupun dia laki-laki tapi saya dan istri juga risih), akhirnya saya pindah tempat duduk.
Karena Kaka’ rewel maka saya gantian dengan istri gendong Kaka’, ketika istri gendong Kaka’ otomomatis kursi kosong, ada orang dengan cueknya duduk padahal saya udah kasih tas dan bilang “Mas, geser dong saya berdua sama ponakan saya” ….hahahaha… kok ngak ada sopan santunnya yah (katanya kita orang timur yang punya sopan santun), mbok nanya dulu “mas kursinya kosong apa ngak?”. Saya geser lalu saya pindah cari tempat yang lain, istri sudah mau marah saja, saya jelaskan bahwa seperti ini keadaannya, harus sabar.
jam 8.45AM, penumpang dipersilahkan naik pesawat, di dalam pesawat karena dengan anak kecil, maka di kasih extention unutk safety-belt dan live vest. Pas mau memakainya Kaka’ rewelnya menjadi-jadi, pramugarinya bilang sabuk pengaman harus dipakai, tidak lama kemudian dia kembali lagi dan bilang begini cara memakainya, kemudia saya katakan ke pramugari dengan intonasi agak tinggi karena saya sudah merasa jengkel dan kesal dengan semua perlakuannya, saya bilang “Saya tahu cara pakainya dan saya tahu kapan saya harus memakinya, anak saya sedang rewel (masih banyak penumpang yang masuk dan mencari tempat duduk, ketika pesawat siap take-off saya pasti memakaikan ke anak saya)”. akhirnya di pergi tanpa kata maaf atau apa. Sekali lagi kecewa dengan pelayannya.
Selama perjalan, ada lagi, karena saya naik di kelas ekonomi maka jarak antar kursi sangat rapat, kok masih ada orang yang tega untuk merebahkan kursinya sehingga saya tidak semakin sempit dan kebetulan orang yang duduk ngangkang tadi di depan saya dan kebetulan lagi kok ya yang merebahkan kursinya teman si bapak ngangkang…hehehe… saya tersenyum kecut menerima kenyataan ini.
Setelah mendarat di Yogya istri tanya ke saya apakah tidak ada penumpang yang complain dengan keadaan tadi, saya bilang sudah ratusan mungkin ribuan yang complain tapi tetap tidak ada perubahan, bagi orang-orang kecil sperti saya dan istri saya yang mempunyai budget pas-pasan tapi ingin menggunakan pesawat, ya seperti itu keadannya.
Monggo, silahkan kalau ada rekan-rekan yang mau berbagi informasi mengenai pesawat murah (mungkin tidak bisa memperbaiki keadaan, tapi paling tidak bisa berbagi informasi sehingga kalau suatu ketika kita mengalaminya kita tidak kaget dan siap secara mental untuk menghadapinya ..hehehe..)) Monggo.
Read Full Post »